Kamis, 31 Maret 2011

Puisi Terakhir Soe Hok Gie

Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah, 
Aada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di wiraza, 
Ttapi aku ingin menghabiskan waktu ku disisi mu sayang ku…. 
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu 
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mandala wangi 

Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danang 
Ada bayi-bayi yang lapar di Biafra 
Tapi aku ingin mati disisi mu manisku 



Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya 
Tentang tujuan hidup yang tidak satu setan pun tahu 
Mari sini sayangngku 
Kalian yang pernah mesra Yang pernah baik dan simpati padaku 
Tegaklah ke langit luas Atau awan yang menang 

Kita tak pernah menanamkan apa-apa 
Kita takkan pernah kehilangan apa-apa 

Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahir 
Yang kedua dilahirkan tapi mati muda 
Dan yang tersial adalah berumur tua 

Berbahagialah mereka yang mati muda 
Mahluk kecil kembalilah dari tiada ke tiada 
Berbahagialah dalam ketiadaanmu

Mengatasnamakan Kemanusian dan Demokrasi.

Untuk kesekian kalinya Amerika dan sekutu melakukan invasi terhadap negara di timur tengah, belajar dari setiap invasi yang dilakukan oleh sekutu terhadap negara di timur tengah menurut saya memiliki 3 alsan penting, yaitu kemanusiaan, minyak, dan demokrasi. Demokrasi adalah bagian yang menjadi alasan paling kuat Amerika dan sekutu melakukan invasi mereka. Karena atas dasar demokrasi tersebut menjadi hal yang paling logis untuk melakukan keputusan. Bukan hanya terhadap negara-negara di timur tengah bahkan semua negara yang menjadi target dari Amerika secara umumnya.

Sedikit membahas tentang  imperialisme dan kolonialisme, secara bahasa kata imperialisme yang berasal dari kata”imperare” yang artinya suatu negara untuk menguasai negara lain demi kepentingan ekonomi, politik dan budaya agar mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi negaranya. Dari situ kemudian berkembang istilah imperator yaitu sebutan untuk orang yang berkuasa atas suatu wilayah. Sedangkan wilayah kekuasaanya kemudian disebut dengan  imperium. Sedangkan kolonialisme, secara bahasa berasal dari kata colunus yang dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk menguasai daerah tertentu. Kolonialisme menjadi negara yang ditaklukan menjadi negara koloni yaitu negara yang harus tunduk dibawah kekuasaan negara kolonial. Dalam kolonialisasi negara koloni hanya menhadi suatu negara yang harus mau mengikuti apa yang diperintahkan oleh negara kolonial dengan menggunakan cara kekerasan.

Secara garis besar, semenjak munculnya Perang Salib (11-13 M), menurut Hasan Hanafi, itu adalah fase dimana dikategorikan sebagai bentuk kolonialisme pertama, hingga sampai hari ini perang, perebutan daerah kekuasaan maupun penjajahan hanyalah keinginan salah satu kelompok (negara) untuk menguasai kelompok negara lain. Tentu saja hal ini berkaitan dengan setiap kepentingan negara tersebut. Menguasai suatu daerah untuk kepentingan industri yaitu: tempat mendapatkan bahan mentah, tempat memasarkan hasil, dan tempat menanamkan modal.


Berbicara tentang Libya negara yang berpenduduk 1.7 juta jiwa dan terletak di bagian Afrika utara pulau Afrika ini merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan akan sumber daya alam, khususnya Minyak, Libya memiliki lebih kurang 4.6 Milyar barel minyak mentah, diantaranya 1.3 juta di eksport kepada negara-negara barat dan eropa khususnya kepada negara Prancis, Italia, dan Inggris dalam setiap harinya dan diperkirakan  kandungan yang dimiliki negara ini bertahan hingga tahun 2030. Hal ini lah yang menyebabkan betapa besarnya keinginan negara sekutu supaya dapat mengambil kesempatan diatas kondisi negara Libya yang sedang konflik, tentunya agar menjaga pasokan minyak untuk negara mereka tetap terjaga.

Nah, jika menghubungkan dalam sejarah Kolonialisme, Imperialisme kuno maupun modern, alasan kemanusian dan demokrasi hanyalah menjadi isapan jempol belaka ditengah kepentingan mereka karena tetap demi perluasan daerah kekuasaan dan faktor ekonomi tentu tidak mungkin untuk dijadikan sebagai alasan. Apapun yang terjadi saat ini, tindakan Amerika dan sekutu dibenarkan oleh lembaga tinggi dunia, dalam hal ini PBB. Benar ataupun salah tindakan sekutu terhadap Libya inilah yang disebut dengan kolonialisme modern, mengatasnamakan kemanusian dan demokrasi.



Rabu, 30 Maret 2011

Rasionalitas VS Idialisme

Adalah sifat manusia yang tidak pernah untuk merasa puas dengan apa yang telah diperolehnya. Semuanya seakan-akan ibarat sebuah jenjang yang ketika kita menginjak sebuah anak tangga, maka akan ada anak tangga yang lebih tinggi yang ingin dipijaki, apalagi adanya sebuah tuntutan yang membuat manusia tersebut mengharuskan untuk terus mengejar setiap anak tangga yang diatasnya. Akan tetapi tidak selamanya jalan yang dilalui semudah apa yang dibayangkan, terjatuh adalah hal yang lumrah tergantung kesiapan akan menghadapi beratnya untuk kembali berdiri.

Sebahagian manusia yang tidak memiliki sebuah tuntutan bisa saja berhenti disalahsatu anak tangga ketika dia sudah merasakan adanya ketidaksepahaman akan apa tujuannya kedepan. Disini berperan lah sebuah prinsip diri dimana apa yang terjadi, apa yang ada didepannya tidak lagi sejalan dengan apa yang menjadi idialisnya. Berbanding tebalik dengan manusia yang memili sebuah tuntutan hidup bahwa Idialis, prinsip tak akan mampu untuk menopang semua tuntutan hidup. Hanya menjadi guman didalam hati, keterpaksaan untuk terus berjalan, tapi sulit untuk menerima dengan ikhlas.

"Ini bukanlah duniaku" gumam seperti ini yang terus hinggap dikepala manusia tersebut, sulit dan berat untuk dijalani, ungkapan "lebih baik diasingkan dari pada hidup dalam kemunafikan" hanya akan menjadi pemanis kata-kata, bukan untuk motivasi diri, karena keterpaksaan untuk menjalani apa yang ada didepan mata adalah sebuah tanggung jawab untuk dijalani. Dalam kondisi seperti ini rasionalitas lah yang menjadi pemenang akan tetapi idialis tidak akan pernah kalah dan hilang karena dia akan tetap terus ada, tumbuh karena disaat idialis diam itulah waktunya untuk tumbuh dan terus tumbuh.

Salmi Destiawan.

Arti Sebuah Persahabatan..


Dan jika berkata, berkatalah kepada aku tentang kebenaran persahabatan?
Sahabat adalah kebutuhan jiwa, yang mesti terpenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau panen dengan penuh rasa terima kasih.

Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Karena kau menghampirinya saat hati lapa dan mencarinya saat jiwa butuh kedamaian.Bila dia bicara, mengungkapkan pikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “ya”.

Dan bilamana ia diam, hatimu tiada ‘kan henti mencoba merangkum bahasa hatinya; karena tanpa ungkapan kata, dalam rangkuman persahabatan, segala pikiran, hasrat, dan keinginan terlahirkan bersama dengan sukacita yang utuh, pun tiada terkirakan.

Di kala berpisah dengan sahabat, janganlah berduka cita; Karena yang paling kaukasihi dalam dirinya, mungkin lebih cemerlang dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya ruh kejiwaan. Karena kasih yang masih menyisakan pamrih, di luar jangkauan misterinya, bukanlah kasih, tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenal pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu hingga kau senantiasa mencarinya,
untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?

Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria berbagi kebahagiaan.
Karena dalam titik-titik kecil embun pagi, hati manusia menemukan fajar jati dan gairah segar kehidupan.

Oleh : Kahlil Gibran.

Dalam kesedihan dan perjuangan

sadar tak sadar alam pun sudah marah saat para penguasa semakin sumringah tertawa di atas dan semakin pula rakyat miskin duduk terpaku dalam kesediahan yang terus terjadi dan terus serta terus terjadi, sudah lah penguasa tengok lah sebentar kebawah tengok lah rakyat mu, bencana trus melanda, jangan sampai rakyat berada dalam satu garis yang sama dan berkata REVOLUSI karna mereka sudah muak dengan permainan ini, tak akan banyak yang kami minta hanya ingin hidup yang sejahtera dan hidup dengan merdeka 100% selayaknya hidup di negri kami sendiri karna bukan milik perorangan atau kelompok negri ini, tp milik seluruh RAKYAT Indonesia yang banyak hidup dari mengais sampah yang engkau buang wahai penguasa, di 'kantong' mu kami titip kan secercah harapan dan di sehelai kertas sebesar kertas koran waktu itu kami memilih mu jadi kekuasaan bukan keangkuhan tp sebuah tanggung jwab yang harus di laksanakan serta di wujudkan secepatnya sebelum kami bener2 muak

Ditulis Oleh : Sahabatku..
REDHO OKTAVIANO TAN MALAKA

KEPEMIMPINAN


DEFINISI KEPEMIMPINAN

Apakah arti kepemimpinan?  Menurut sejarah, masa “kepemimpinan” muncul pada abad 18. Ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:

  1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk  mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).

  1. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).

  1. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).

  1. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.

  1. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).

Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut.

PENGERTIAN  PEMIMPIN


Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya  jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama (Panji Anogara, Page 23).


TUGAS DAN PERAN PEMIMPIN


Menurut  James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
1.       Pemimpin bekerja dengan orang lain
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi. 

2.       Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas).
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.

3.       Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas
     Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada  staf.  Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.

4.       Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual
Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan  lain. 
  
5.       Manajer adalah seorang mediator
Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).

6.       Pemimpin adalah politisi dan diplomat
Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
 
7.       Pemimpin membuat keputusan yang sulit
Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.

Menurut Henry Mintzberg,  Peran Pemimpin adalah :
  1. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
  2. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
  3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator

PRINSIP- PRINSIP  DASAR KEPEMIMPINAN


Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi.  Menurut Stephen R. Covey (1997),  prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan  sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu  pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti;  keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan.   Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:

1.   Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.

2.      Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama.  Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.

3.      Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan.  Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;


a.      Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.



b.      Keseimbangan dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.

c.       Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.

d.      Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya.  Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.

e.       Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi.  Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses.  Proses daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: (1) pemahaman materi; (2) memperluas materi melalui belajar dan pengalaman; (3) mengajar materi kepada orang lain; (4) mengaplikasikan prinsip-prinsip; (5) memonitoring hasil; (6) merefleksikan

kepada hasil; (7) menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi; (8) pemahaman baru; dan (9) kembali menjadi diri sendiri lagi.

Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: (1) kemauan dan keinginan sepihak; (2) kebanggaan dan penolakan; dan (3) ambisi pribadi.  Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi. Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar.  Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain.  Latihan ini tidak dapat dipaksakan.  Langkah melatih pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong. Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang.

Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan ketakutan.  Peningkatan diri dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga emosional (IQ, EQ dan SQ).

Kamis, 17 Maret 2011

Tentang PENINDASAN



Penindasan baru bagi penindasan lama,


yang ditindas tetap sama, RAKYAT!

Rakyat yang harusnya sejahtera

Rakyat tidak makan ideologi dan agama

Rakyat itu sederhana, tapi tentu bukan seperti

ayam atau kambing yang kau pelihara

Dinegeri ini penindasan tumbuh subur

Seperti ilalang di tanah padang

Dia tumbuh dari benih-benih ketamakan

Besar oleh buaian ayat-ayat agama dan ideologi

Atas nama Tuhan dan kebenaran

Penindasan dipraktekan dan dibenarkan

Jumat, 11 Maret 2011

Pasan Mandeh

Kok jadi buyuang ka pulau,
iyu bali balanak bali,
ikan panjang bali dahulu.
Kok jadi buyuang karantau,
ibu cari dunsanak cari,
induak samang cari dahulu..

Kok pandai bakain panjang,s
amo eloknyo jo kain saruang,.
Kok pandai bainduak samang,
samo eloknyo jo induak kanduang...

Kacang paringeik ditapi aie,.
Tampak nan dari pasa sabalah,
ingek2 nan buyuang balayie.,
lauaknyo sati pantai batuah.!

Kamis, 10 Maret 2011

Manajemen Aksi Massa Damai

Bagaimana caranya mengadakan aksi, agar pesan dari aksi dapat  tersampaikan dan aksi berlangsung tertib ?
 
Salah satu bentuk penyampaian aspirasi kepada pemerintah serta penyampaian pesan kepada masyarakat adalah dengan melakukan aksi massa secara damai. Dalam negara yang berdemokrasi aksi menjadi cara yang dilegalkan, oleh karena itu lembaga dakwah kampus juga harus berperan sebagai guardian of value dari pemerintah serta masyarakat. Mengapa cara yang dipilih adalah aksi ? karena aksi berdampak pada dua sisi, yakni sisi ketersampaian pesan kepada pihak yang diinginkan serta penyadaran masyarakat atas sebuah isu. Sehingga aksi masih menjadi cara yang relevan untuk dilakukan.
Penggunaan kata aksi lebih akrab dan lembut ketimbang demonstrasi yang terkadang dinilai negatif oleh berbagai pihak, sedangkan damai adalah untuk mencirikan bahwa lembaga dakwah mempunyai etika ketika beraksi, dimana ia tidak mengganggu hak dari masyarakat lainnya. Citra lembaga dakwah kampus yang selalu damai dan tertib dalam melakukan aksi adalah keunggulan tersendiri bagi kita, ini membuat pesan yang disampaikan dalam aksi dapat sampai dengan jelas kepada pihak yang diinginkan. 

Pada bagian ini saya akan mengutarakan cara sederhana untuk mengadakan aksi massa damai yang bisa dilakukan oleh lembaga dakwah kampus. Biasanya lembaga dakwah kampus bermain dalam isu terkait sosial masyarakat, dan isu keislaman. Dua isu ini bisa berkembang menjadi berbagai isu turunan lainnya. Saya akan membagi pembahasan dalam 3 tahap, yakni pra-aksi, saat aksi, dan pasca aksi untuk memudahkan pemahaman Anda semua. 

Pra Aksi

Persiapan sebelum aksi adalah bagian yang tidak bisa ditentukan lama waktunya, karena jarak isu dengan aksi yang akan dilakukan bisa panjang, dan terkadang hanya berselang 1-2 hari saja. oleh karena itu, saya hanya akan membahas apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum aksi agar aksi dapat berjalan dengan baik. 

(1)     mempersiapkan dan mematangkan isu

Kita sebagai mahasiswa perlu memiliki kekuatan dalam pemikiran, termasuk dalam isu yang akan dibuat, kaji sebuah isu dengan mendalam serta didukung data yang akurat agar pesan dan tuntutan yang disampaikan berbobot dan jelas, buat semacam focus group discussion dengan beberapa mahasiswa untuk menentukan dan memantapkan isu.

(2)     membuat press release

Yang berisikan pesan dan tuntutan dari isu yang telah dibahas, sebisa mungkin pesan yang akan disampaikan terfokus dan jangan melebar jauh, sebutlah aksi damai menentang kemiskinan, jangan ditambahkan dengan dukung pergerakan palestina. Ini membuat pesan yang disampaikan menjadi blur sehingga masyarakat tidak bisa meneriman pesan aksi secara jelas. 

(3)     mengumpulkan massa

Karena aksi butuh massa, dan salah satu parameter keberhasilan aksi adalah semakin banyaknya massa yang hadir dalam aksi, semakin banyak massa yang hadir akan menjadi force power tambahan bagi kita untuk menunjukkan bahwa banyak orang yang telah memahami isu yang dibawa dan turut berperan dalam menyuarakan isu tersebut, cara mengumpulkan massa sangat banyak, akan tetapi sebagai inisiator aksi Anda perlu untuk memahamkan peserta aksi terkait aksi yang akan dilakukan agar aksi memiliki “jiwa” dan peserta aksi tidak sekedar “tong kosong nyaring bunyinya”. 

(4)     menghubungi media

agar pesan yang disampaikan dapat tersampaikan kepada banyak orang, maka kita perlu mengundang media agar dapat melakukan peliputan aksi yang dilakukan. undang media cetak, audio, dan visual agar aksi ini dapat perhatian dari masyarakat luas. Media biasanya membutuhkan press release untuk kebutuhan pelaporan berita. 

(5)     mempersiapkan logistic & perangkat aksi

Perangkat aksi yang dibutuhkan antara lain ; spanduk atau baligo berisi pesan aksi, bendera lembaga yang mengusung aksi, press release untuk masyarakat luas,perangkat dokumentasi,  poster untuk dibawa oleh peserta aksi, media publikasi tambahan untuk dibagikan ke masyarakat seperti leaflet atau pamflet, pengeras suara seperti TOA dan mobil sound system, dan identitas peserta aksi untuk memastikan aksi tidak disusupi, identitas ini seperti pengikat kepala atau jaket. Selain itu sebagai dinaminasi bisa juga disiapkan yel-yel atau lagu selama aksi yang berisikan pesan perjuangan mahasiswa dan pesan dari isu aksi yang dijalankan. Aksi teatrikal untuk menambah menariknya aksi bisa juga dilakukan.

(6)     Skenario dan pembagian peran

Menentukan arah dan rute aksi serta apa saja yang akan dilakukan. apakah ini hanya aksi penyampaian pesan atau hingga mengadakan audiensi kepada pihak yang ditujukan dan menghasilkan sebuah keputusan bersama. Pembagian peran diantara inisiator perlu juga dilakukan, siapa yang akan sebagai komandan lapangan, humas, P3K, dinamisator, orator, dan pengdokumentasi. Adanya pembagian peran ini diharapkan dapat membuat aksi terarah dan tertib.

(7)     Menghubungi pihak kepolisian untuk perizinan

Setelah semua perencanaan aksi telah tuntas, maka Anda perlu melaporkan aksi yang akan dilakukan ke pihak kepolisian agar aksi mendapatkan perizinan, dan pihak kepolisian dapat membantu mengamankan peserta aksi dengan baik.

Saat Aksi

Saat aksi adalah fase yang bisa dikatakan fase pembuktian dan perjuangan, karena segala sesuatu dapat berubah ketika sudah di lapangan, oleh karena itu peran komandan lapangan sebagai dirigen aksi sangat dibutuhkan agar segala sesuatu berjalan dengan baik. Banyak hal yang tidak terduga, seperti jadwal aksi yang tidak tepat waktu, massa yang tidak sesuai target, logistik aksi yang telat tiba, dan lainnya. Pesan dari kakak tingkat saya ketika saya pertama kali menjadi peserta aksi adalah “apapun yang terjadi nanti, the show must goes on”. Ya. Aksi harus terus berlanjut dengan segala keterbatasan yang ada. Apa saja yang bisa dilakukan saat aksi antara lain :

(1)     Membagikan pesan yang telah dibuat, seperti pamflet dan leaflet, tempatkan orang khusus untuk terus membagikan pesan ini kepada masyarakat yang ditemui di jalan
(2)     Berorasi dalam perjalanan dan di tempat tujuan akhir, orasi adalah bagian dari penyampaian pesan aksi kepada masyarakat luas. selain itu orasi yang dilakukan saat perjalanan bisa sebagai dinamisator massa aksi agar terus bersemangat
(3)     Yel-yel dan menyanyikan lagu. Ini berguna untuk penyemangat massa aksi dan menarik simpati dari masyarakat luas. melakukan aksi teatrikal juga bisa dilakukan untuk dinamisasi dan media interaktif penyampai pesan aksi
(4)     Audiensi ke pihak yang dituju, apakah itu pemerintah atau pihak lainnya. Biasanya perwakilan dari peserta aksi yang tentunya pemimpin dari aksi tersebut melakukan dialog kepada pihak yang dituju untuk menyampaikan tuntutannya dan jika diskusi dan negoisasi berjalan lancar, bisa hingga mencapai sebuah keputusan bersama
(5)     Pembacaan press release. Hal ini biasanya dilakukan pada akhir aksi dan diharapkan dapat diliput media agar pesan yang kita bawa dapat tersampaikan kepada khalayak luas. 

Pasca Aksi

Langkah terakhir dari aksi adalah pemulangan peserta, biasanya aksi tidak bubar di tempat dibacakannya press release untuk menimbulkan kesan “bubar setelah aksi”, biasanya peserta berjalan kembali ke tempat lain, baru membubarkan diri di tempat tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aksi yang mengusung nama dakwah kampus, antara lain : peserta berjalan dengan tertib, tidak ada sampah berserakan saat aksi berlangsung, kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang baik dan sopan, serta tidak merusak fasilitas umum dan menganggu hak masyarakat.  Setelah aksi selesai, sebisa mungkin diadakan evaluasi aksi terkait ketersampaian pesan dan evaluasi teknis untuk menentukan langkah selanjutnya terkait perjuangan isu atau pesan yang disampaikan.


Jumat, 04 Maret 2011

Pitaruah Ayah karya Yus Dt. Parpatiah

Bismillahirahmanirrahim
“Rabbish srahli sadri wayasirli amri wahlul u’k datam millisani yaf kahu kauli.”


O… nak kanduang sibirang tulang,
buah hati limpo bakuruang,
ubek jariah palarai damam,
sidingin tampa di kapalo.
Kamari-mari molah duduak,
ado rundiang ayah Sampaikan.

Kalau diliek dipandangi nak, dicaliak umua nan tapakai, badan Ayah baransua tuo, kini manjalang anam puluah. Hari patang mantari turun, awan di barat merah sago, malam nan tidak lamo lai.

Nyampang tibo saruan Allah, aja sampai capek paminto umua alah tibo dijangkauan.
Tabuah digoa tigo-tigo, badan baganjua baliak pulang katampek asa mulo jadi suruik ka tanah nan sabingkah. Badarun aia pamandian, ba lasia bunyi cabiak kapan, dikocong dikabek limo, cukuik satanggi jo aia bungo.
Bararak tandu ka surau, tibo di surau dibujuakan, mairiang shalat ampek takbir.
Kini manuju ka pusaro, iyo ka pandam pakuburan. tagolek di liang lahat, tanah sakapa bapakalang, mahereang mahadok ka kiblat, dibateh papan nan sahalai. Badaro tanah panimbunan, tatagak mejan nan duo, manyalo ciluang hitam, do’a dibaco panghabisan.

Tujuah langakah mayik di kubua, nak datang malaikaik pai batanyo. Tapi jangankan tanyo ka tajawab, usaha ndak hawa katabandiang, utang ke anak nan takana, kasiah tagaiang alun sampai.

Jo kok basuo nan bak nantun nak, taradok pusako ka bajawek ataupun warih ka di baia, usah diarok dari ayah. Sabab baalah baitu, salamo dunia di tunggu, Ayah diseso parasaian, gilo diarak-arak untuang.
Tapi kaganti ameh, bak di urang timbalam, pitih nan babilang, hanyo pitaruah batinggakan,
banamo pitaruah Ayah.
Itulah tando kasiah sayang, utang nan nyato pado anak, kini ayah lansaikan.

Dangakan molah anak kanduang, simakkan bana nyato-nyato. Satitiak usah lupokan, sabarih janganlah hilang, ganggam arek, paciak tantaguah. Siang ambiklah ka patungkek, kok malam jadikan suluah pidoman patang jo pagi.

Takalo maso dulunyo, awal mulonyo san kalahia, bundo di dalam pasawangan sadang dilamun-lamun ombak, angin badai, lauik manggilo, kilek patuih hujan basabuang, kalam nan bukan alang-alang.
Lua ke Allah, bagantuang indak kamano ka manggapai. Dek lamo lambek badayuang, sapueh-pueh panangguangan sampailah juo di Kualo. Tali turun sauh dibuang, kapa marapek di tapian balabuah surang pasisianyo. Sawajah kapado urang nantun nak, mandi darah sakujua badan, kakinyo malajang-lajang, taganggam tangan nan duo, bunyi pakiak sapanuah kampuang cando Pandeka dapek lawan.

O . . . buyuang, kok ang nak tahu, itulah anak manusia nan lahia ka bumi Allah nangko lahia sarato jo untuangnyo.

Adopun tujuan jo mukasuiknyo, mangko jo darah samo tibo, sirah hati pakek panganan lambang barani, lahia batin indak manaruah gamang-takuik. Mangapa tangan suok kida mandongkak, manyipak-nyipak, itu ma’ana urang bagak, medan galanggang nan nyo hadang cakak nan tidak kunjuang damai. Pakiak bukan sumbarang pakiak, sorak kumando dilewatkan ibaraik badia jo mariam, tando nagari dalam parang.

Mako pado hakikatnyo nak, hiduik adolah perjuangan dan satiok perjuangan bakandak manang. Kamanangan janjang ka istana manuju kirisi di partuan. Sasungguahnyo manusia adolah rajo, badaulat di muko bumi Allah bana nan manobatkan,
“Inni ja’ilu fil ardhi khalifah”.

Untuak itu Ayah pasankan nak, usah manjadi rajo kalah. nan bajalan manakua-nakua. mangecek tatagun-tagun, hilang banso punah martabat. Manambah gantang tatanakkan, manyamak dalam nagari. Kalau Waang nak tau juo nak, iduik nangko indaklah lamo, dunia hanyo sakijok mato. Caliaklah contoh jo ibaraik, maso laia di songsong abang, mati di anta dek sumbayang. Antaro abang jo sumbayang, sinan kamat dibacokan hinggo itulah jatah umua.

Bakato Muhammad Iqbal, apolah kato dek baliau:
“Umur bukan ukuran masa, hidup tidak takaran zaman, sehari singa di rimba, seribu tahun bagi si domba”.
Ma’ana manjadi singo nak, bukan manggadang bakato darek bakitabullah di tangan, kandak badannyo awak surang. Indak nak, bukan baitu filsafahnyo, tapi bialah satahun jaguang, pagunokan maso nan pendek, bapacu marabuik buko mambuek amal kabaikan. Baguno ka diri surang, tapakai di masyarakat, manfaat salingkuang alam. Untuak apo panjang bajelo, hinggo batungkek saluang api, kalau awak kiliran tangan masak lacuik, makan parentah. Kok kunun pulo, kuma bamiang manggata di dalam kampuang, cilako hiduik tu namonyo.

Salampiah nan dari pado itu, umua bukan sabateh kubua, hiduik bukan salacuik abiah. Tapi adoh hiduik sasudah hiduik. Panjang nan tidak kaujuangan nak. Itulah hiduik di akhirat, kamari tujuan sabananyo. Takalo insan di alam roh, janji-lah sudah tapabuek, patimbang muluik dengan Allah, makhluk kata An-Khalik nyo.
Kito mamaciak tali kamba nak, usah kandua tagang salampiah, dunia akhirat satimbangan. Nyampang kok putuih kaduonyo sinan tahanyuik handam karam. Kini di rintang angan-angan, isuak diseso panyasalan.di dunia rintang jo ratok, di akhirat gilo jo gagau, kalamlah jalan ka sarugo. Mangana sakah nan bak kian nak, Ayah bapasan, bawasiat, rantangkan banang ka langik, hubuangkan diri jo Tuhan. Jalin kulindan ateh bumi, paharek buhua jo manusia. “Hablum minallah wa hamblum minannas”. Itulah cancangan duo sagarajai, kapa nan duo salabuahan, samo dek awak kaduonyo.

Mano nak kanduang jo nyo Ayah, ijanklah bosan mandangakan, mangecek indak ka lamo, taga dek seso manyimpannyo. Jikok anak taruih mamandang, simak jo daliah mato batin. Adopun tubuah manusia tarbangun dari tigo rungo.
Partamo, runggo diateh,
kaduo runggo di tangah,
katigo runggo di bawah.

Nan dimukasuik jo runggo ateh, iolah ruang di kapalo, bakandak isi pangatahuan, ibaraik dinamo masin kapa, ulu tanago baliang-baliang, pambalah aia di lauik-tan. Tasabuik runggo di tangah, yaitu dado rumpun hati, sangka iman lubuak agamo, ikolah pidoman juru mudi, kaganti kompas di nan kodoh. Jan sampai sasek palayaran, hilang tujuan tanah tapi. Salorong runggo do bawah nak, paruik nan mintak dikanyangkan, umpamo parka tampek barang. Tansano muatan kosong alamaik oleang jalan kapa, dihampeh ombak jo galombang, manantang karam tak batumpang. Atau kalaulah buliah Ayah misalkan kapado alam Minang kabau tardiri dari tigo luhak. Partamo, luhak nan tuo. Lambang kuciang warnanyo kuniang. Kuciang itu binatang lihai, tinggi pangaruah, berwibawa. Kuniang tando kamanangan. Tujuannyo, urang cadiak adi kuasa, sumber ilmu pangatahuan, “Sains Tekhnologi” kato rang kini. Kaduo, luhak nan tangah. Simbol sirah harimau campo, barani karano bana, hukumpun tidak makan bandiang banamo parentah syarak. Calak alah tajam pun ado, tingga dek bawa manyampaikan. adaik alah syarak pun ado, tingga dek awak mamakaikan, moral, spiritual, istilah baru. Nan katigo, luhak nan bungsu. Corak hitam lambangnyo kambiang, rila jo saba bausaho, rumpuik nan indak pantang daun, dek padi mangko manjadi, dek ameh mangkonyo kamek. Mangecek iyo jo pitih, bajalan tantu jo kain, karajo tantu jo nasi, ekonomi baso canggihnyo.
Itulah tadi sahalai pilin tigo, tungku tigo sajarangan. Kok waang nak samparono nak, manjadi urang baharago. Sajundun jasmani jo rohani, dunia dapek akhirat buliah. Mako sarek-kan kapalo jo pangatahuan, panuahkan dado jo ugamo, gasaklah paruik jo harato.

Di ateh tungku nan tigo, sinan tajarang kahidupan, masak hakikat manusia insan nan kamil sabatangnyo. Tapi usah senjang, barek subalah nak, rumik naraco manimbangnyo. Kok cadiak sajo dibanggakan, hiduik bansaik tangan di bawah, tagigik lidah bapituah. Ameh hurai nan Ang sambuakan Yuang, loyanglah juo kecek urang.
Tapek bak bunyi buah pantun, kok rintiak bana kalodeta, lakek talilik di kapalo, kok cadiak bana kalau suka, kecek timpik di nan kayo. Baitupun awak binguang, maraso cadiak, kecek indak bakarunciangan. Disangko pitih pasak lidah, sombong takabua muaronyo. Gekang-bagekang siliah rarek, indak tau tampuak lah layua, lonjak-balonjak labu anyuik, isi gaja, ampo di dalam mahajan, tuah tarnamokan. Di baliak nan dari pado itu nak, kok di ateh isilah panuah, cadiak alah pandai pun inyo, nan di bawah muatan sarek, pitian sambua, bando malimpah. Tapi pasak ditangahnyo lungga, iman goyang, agamo tipih, hilang pidoman kapa basi. Andaknyo, kok kayo suko dmakan, ringan tangan manolong urang, rajin bazakaik, basidakah. Kok tumbuah awak urang cadiak, kusuik sato-lah manyalasaikan, karuah baringan mampajaniah. Maha cacek murah nasihat. Sinan nagari mako aman.

Mako dari itu nak, satiok kakok ka diawai, rundiang sapatah ka disabuik. Bulek lah bana kato hati, sasuai dalam kiro-kiro, naiak-kan dulu ka daraik, caliak timbangan hukum syarak lai kok dalam ridha Allah. Itulah naraco nan tak paliang nak sarato bungkah nan piawai, indak mangicuah salamonyo.

Anak kanduang balahan nyao, jarek samato Ayah-Bundo putuih tak jo-aa ka diuleh, sapihak ka badan diri Ayah, urang nan bukan cadiak pandai, ilmu kurang sikola tangguang, mangaji tak sampai katam, rumik lah Ayah babarito.
Ndak mungkin si bisu ka banyanyi, mustahil si lumpuah ka manari, baa rang buto ka mambimbiang. Hanyo dek sungguah rajin manyimak dari alam dapek baguru di sinan tibo pangajian. Mari kito cari rasionyo. Dibalun sabalun kuku, dikambang saleba alam, alam takambang jadi guru, bumi jo langik ado di dalam. Kini nak Ayah curai Ayah papakan, tuah cilako nan talukih, dicaliak jo mato batin, diambiak ka ujuik paham sinan tasaiah ma’ananyo.
Ado ampek suruhan, ampek tagah nak.
Nan partamo iduiklah bak rumpun aua, usah dicontoh bak tibarau.
Nan kaduo, tiru baringin tangah padang, jauahkan sifaik bak kiambang.
Nan katigo, simaklah anau dalam rimbo, pantangkan jadi bio-bio.
Dan nan kaampek, jadilah sarupo paku, ijan saroman jo binalu.

Baa kakanyo rumpun aua, tapuntalang buluah bambu, nyampang tumbuah hitam tapi lereang tanah suko, tabiang mamuji. Kok indak lah urek nan mangungkuang taban bandaro sadionyo. Bukik pun indak taseso, lurah di bawah talinduangan, gagang manjelo dapek junjuang, maso rabuang carian urang, kok gadang banyak manfaat, lah tuo paguno juo. Baitu sifat ka dipakai nak. Dimanapun bumi dipijak, bila di kampung atau di rantau mambao rahmat ka rang banyak.
Pandai-pandai jo masyarakat, tau-tau manenggang raso usah pamaha takuik rugi. Kok mangecek ma’agak-agak, pikiakan tiok ka bakato, tapi usah katokan nan tapikia. Sabab luko di pisau tampak darah, nak duo tigo taweh panawa, sanang nan tidak tampak bakeh, tapi luko di lidah sulik ubeknyo mandanyuik ka ubun-ubun, manggaga ka rantai hati. Di lua mungkin tak bakasan, di dalam manaruah kasam. Nan bak kain dimakan nyangek, lipek patahnyo tak barubah, dikambang nyanyai tiok ragi. Bak kato-kato rang tuo ko’ee “kaki tataruang inai badahannyo, muluik tun taloncek ameh tantangannyo”.

Salain nan dari pado itu, satinggi-satinggi batang batuang, pucuaknyo runduak ka bawah, manyilau bumi tampek tumbuah, guno nan tidak talupokan, sambia babisiak bakeh rabuang kok sampai kalian gadang isuak usah lupokan jaso tanah, tau mambaleh budi baiak. Lamahnyo pulo kadikatokan, maliuak di puta angin, manggerai dipupuik ribuik. Bak cando-cando ka tumbang, jangan ka patah ratak tido. Tapi tibo tapaso inyo kareh bisa malantiang ka udaro indak siapo ka manahan. Satiok rueh basambilu, tiok buku bamatang pulo langkok jo duri jo miangnyo, namun tabungkuih dalam kalupak, dari lua tak nampak rupo. Aratinyo, samantang awak diateh, usah pan-den palabiak dado kujua takabua tu namonyo. Balarang bana jo ugamo nak, tacacek sapanjang adaik. urang iduik banyak batuah, urang mati banyak kiramaik. Lauik Sati rantau babego taluaknyo baranjau pulo.
Ikhlas-ikhlas kalau manolong, suko-suko kalau baragiah mahamun sakali jangan. Sabaliaknyo, usah palupokan jaso urang, walau sahaluih bijo bayam, gadang faedah manfaatnyo, pamaaf saba jo rilah habiskan dandam kasumat. Bia urang baniat buruak awak babudi baiak juo. Pakaikan bana tu nak kanduang, usah dicayah dilengahkan, itu tantang buluah jo bambu.

Ba’alah pulo jo tibarau. Cubo Ang danga Ang simakkan nak dapek paham hakimahnyo. Iduik tibarau barumpun-rumpun, batangnyo barueh-rueh, badaun panjang bakalupak. Kalau dipandang dari jauah, saroman bana bantuak tabu. Tapi di mamah ramba raia raso amba indak batantu, pangicuah gadang kironyo. Tarau ketek sabantuak jaguang, disilau indak babuah, bungo sahalai tak manaruah. Kalau-inyo tumbuah di lereang atau di tanah katinggian sinan tabukak rasionyo. Barambuih angin ka mudiak, tibarau madok ka mudiak, kokbakisa arah ka ilia inyo baputa kian pulo. Nyampang ditumpu dari ateh, lah sato maangguak-angguak urang diam inyo marumuak. Kian iyo, kamari iyo, lawan jo kawan samo iyo. Pendeknyo sagalo iyo, indak ado nan tidak iyo. Tibo Golkar lah masuak Golkar, urang P-3 inyo P-3, kampanye PDI paliang di muko, indak bapendirian. Aa kasudahannyo jadi anti mambungkuak, masuak karanjang tak baetong, kok pai indak manukuak, pulang indak maluahi, arago bara diri awak.

Di dalam bahaso nasional tapeklah kok dikatokan bahwa inilah lambang kepalsuan, penuh kepura-puraan tanpa motivasi dan munafik sulit dipercaya. Awak ko musti jujur Nak, kok indak katokan indak kok lai tunjuakkan lai, usah takah-takah spuluik alun ditanak lah badarai, manipu diri sendiri. Lagak bak cando urang kayo, mangecek pantang di bawah, baa jeneang baa lah mantiak perak basapuah dijarinyo, sarawa bagantiak juo. Padohal baju basalang balagakkan yuang, tiok kalapau tiok utang cah bon, cah pinjaman, sakali indak babayaran, ditunggu urang diariaknyo. Anak cacak tabang ka benteang, tibo di benteang makan padi, awak rancak putiah, celeang diresek saku tak barisi. Jauahkan bana nan bak nantun nak. Hongeh kecek urang kampuang, bagunjiang urang suok kida.

Ado pulo nan sok urang cadiak, manggaleh inyo nan santiang, impor ekspor buah tutua-nyo, bursa efek nan tau bana. Baisuak kawan disantuangnyo (heh…). Jo ugamo inyo nan paham, nak musarab Mantiak Maani tafsir khazen Imam Ghazali, kasurau tiok hari rayo. Jo politik tau daulu sajak nan dari orde baru, soal KBJ pembangunan sampai ke Irak ke Bosnia, ulu nuklir tanago atom Amerika, Asean juo (heh …). Awak bagak jo aruh balai, sihia jo gayuang ilmu batin, kungfu, karate, silek tuo sadonyo putuih dek baliau, di garegak lai basunguik nyo. Kok ota soal baguru pulo, anjiangnyo paliang batuah, lupak gerai nan hitam kulik, dado lapang jangkia tagantuang, pilang-pilang bapaneh pulo, sambilan bukik kajarannyo, kakandiak kakijang lamo, lah tigo liang kanai saiang, kabangkai sakali balun.

Aa kini caliaklah pulo kayu gadang, baringin di tangah padang. Baurek cukam ka tanah, jauah taunjam ka pitalo, panuahlah bumi di rumpunnyo. Dek gampo indak tabukek-kan, dek badai alun ka ta-oleang, ko-no lah goyang manilalu. Taguah jo pandirian, istiqamah dengan tauhid, beprinsip tegar dan kokoh. Kalau yakin tumbuah dipaham, sajangka duduak tak bakisa, satampok tagak tak bapayuang, walau baalah bujuak rayu, haram kuniang karano kunyik pantang lamak ulah dek santan. Rugi jo pitih ndak ditumang nak, jariah payah pasa biaso, tapi jaan diago martabat urang. Lompek-salompek ambua tibo indak baserap kato duo, tak iduik mati pun jadi.

Kayu baringin bapucuak cewang ka langik, tinggi malepai awan biru, pidoman musafir lalu. Daun rimbun buliah bataduah, bakeh balinduang kaujanan, paneh kaganti payuang panji, ureknyo tampek baselo, batang nan gadang kasandaran, dahan nan rampak ka bagantuang. Aratinyo panutan di masyarakat, cadiak ka bakeh rang batanyo, kayo-ka tampek rang batenggang, bagak tumpuan ka mangadu. Satitiak katonyo di lauiktan, garak dibari jadi contoh, sifat ka suri jo tuladan, sumarak urang di nagari. Perduli dnegan lingkungan, baitu ungkapan maso kini.

Sungguahpun beringin tinggi manjulang, tapi tingginyo manungawi bukan maimpok nan dibawah. Walau gadangnyo tabirumbun, gadang manenggang ka nan ketek, urang nan indak takuik talendo. Itulah sifaik pamimpin nak, samantang bapisau tajam indak sumbarang dirawikkan doh, jikok manembak baalamat jaleh sasaran makan pelor. Tapi kalau daram atteh lah nyo kabawah, karusuak siku bamain kamuko manggadang sipak, atau lah runciang juo nan barawik, lah nyato lurah tak babatu, marasau sajo dari ateh, bukanlah sifaik dek baringin nak. Ingeklah apo bilo kayu lah rabah, baa bana lah kagadangnyo, batang lapuak daun karegek usah diarok ka bapucuak, antah tindawan ka bungonyo. Tuah nan lamo ilang lalek jo loncek-loncek ka batonggok urang mancibia bakuliliang tangguang lah doso salamoko. Pahamkan bana tu Nak kanduang, ubek makan pantangan dikana jauah bala jo panyakik.

Nan kaji baringin tangah padang, baa pulo nasib kiambang. Jikok kiambang ka dibaco itulah samalang-malang untuang nak. Iduik nyo manyisiah-nyiah kok ingok manapi-napi, katangah takuik dek galombang. Lai baurek indak cukam, tajuntai kapalang turun. Walaupun tumbuah di aia tapi tarandam-randam nyo tak basah, tarapuang-rapuang nyo tak anyuik. Biduak lalu awak basibak, dek angin badan batundo, kok kunun riak mahampehkan. Kiambang adolah simbol manusia rapuah, lamah darah bamental loyo. Sadangkan iduik ko parsainga nak, parang ganas medannyo kejam, tekad mambantu nan partamo, mansiu nan kaduo. Ragu-ragu dalam basikap bimbang satiok kaputusan, alamaik awak mati, satokok lah kalah sabalun parang. Urang panggamang mati jatuah nak, urang pandingin mati anyuik, takuik jo bayang-bayang surang. Dek sabab karano itu, yakin-yakin jo pandirian. Jaan bak payuang tagajai pasak co alang-alang lamah bingkai, sasiuik angin mandatang sasambua rinai manimpo awak lah kucuik mati aka. Tapi naiakkan panji-panji Ang yuang, bangkikkan Nur Muhammad kipehlah baro tungku batin. Sakali masuak ka galanggang, pantangkan babaliak pulang. Patah sayok batungkek paruah, lagu nan usah tabangkalai, cilako ayam disabuangan.

Kayu baringin bapucuak cewang ka langik, tinggi malepai awan biru, pidoman musafir lalu. Daun rimbun buliah bataduah, bakeh balinduang kaujanan, paneh kaganti payuang panji, ureknyo tampek baselo, batang nan gadang kasandaran, dahan nan rampak ka bagantuang. Aratinyo panutan di masyarakat, cadiak ka bakeh rang batanyo, kayo-ka tampek rang batenggang, bagak tumpuan ka mangadu. Satitiak katonyo di lauiktan, garak dibari jadi contoh, sifat ka suri jo tuladan, sumarak urang di nagari. Perduli dnegan lingkungan, baitu ungkapan maso kini.

Sungguahpun beringin tinggi manjulang, tapi tingginyo manungawi bukan maimpok nan dibawah. Walau gadangnyo tabirumbun, gadang manenggang ka nan ketek, urang nan indak takuik talendo. Itulah sifaik pamimpin nak, samantang bapisau tajam indak sumbarang dirawikkan doh, jikok manembak baalamat jaleh sasaran makan pelor. Tapi kalau daram atteh lah nyo kabawah, karusuak siku bamain kamuko manggadang sipak, atau lah runciang juo nan barawik, lah nyato lurah tak babatu, marasau sajo dari ateh, bukanlah sifaik dek baringin nak. Ingeklah apo bilo kayu lah rabah, baa bana lah kagadangnyo, batang lapuak daun karegek usah diarok ka bapucuak, antah tindawan ka bungonyo. Tuah nan lamo ilang lalek jo loncek-loncek ka batonggok urang mancibia bakuliliang tangguang lah doso salamoko. Pahamkan bana tu Nak kanduang, ubek makan pantangan dikana jauah bala jo panyakik.

Nan kaji baringin tangah padang, baa pulo nasib kiambang. Jikok kiambang ka dibaco itulah samalang-malang untuang nak. Iduik nyo manyisiah-nyiah kok ingok manapi-napi, katangah takuik dek galombang. Lai baurek indak cukam, tajuntai kapalang turun. Walaupun tumbuah di aia tapi tarandam-randam nyo tak basah, tarapuang-rapuang nyo tak anyuik. Biduak lalu awak basibak, dek angin badan batundo, kok kunun riak mahampehkan. Kiambang adolah simbol manusia rapuah, lamah darah bamental loyo. Sadangkan iduik ko parsainga nak, parang ganas medannyo kejam, tekad mambantu nan partamo, mansiu nan kaduo. Ragu-ragu dalam basikap bimbang satiok kaputusan, alamaik awak mati, satokok lah kalah sabalun parang. Urang panggamang mati jatuah nak, urang pandingin mati anyuik, takuik jo bayang-bayang surang. Dek sabab karano itu, yakin-yakin jo pandirian. Jaan bak payuang tagajai pasak co alang-alang lamah bingkai, sasiuik angin mandatang sasambua rinai manimpo awak lah kucuik mati aka. Tapi

naiakkan panji-panji Ang yuang, bangkikkan Nur Muhammad kipehlah baro tungku batin. Sakali masuak ka galanggang, pantangkan babaliak pulang. Patah sayok batungkek paruah, lagu nan usah tabangkalai, cilako ayam disabuangan.

Jikok sapancuang alun putuih kalau salangkah indak sampai, kini gagal bisuak ulangi. Dibaliak-baliak ba-mamanggang baru nyo masak lua dalam, diulang-ulang bak manyapuah sinan tatampak mangileknyo, sabab “kegagalan adalah sukses yang tertunda” baitu kecek cadiak pandai.

Simaklah pulo anau jo rimbo nak, tumbuah tak rago urang tanam barabuik sigaek nak mamanjek indak suatu nan tabuang. Batangnyo manganduang sagu, makanan urang sa nagari jo kudo-kudo malamakkan, ruyuang diambiak ka pincuran, kok dikabuang dibalah-balah, elok ka kasau jo kalantai, ka paga nan rancak bana. Daun nan tou jadi atok nan pucuak ka daun rokok lidih disusun jadi sapu. Ijuaknyo elok ka tali, saga pun banyak kagunoan. Buah lamak nirunyo manih. Dimasak jadilah gulo, diparam tuak namonyo, kok rasan itulah cuko. Sampai-pun ka miang palapahnyo, tapakai ka rauak api, sabalun datang Kewe jo Ronsul jatuih dakek urang namokan. Sungguahpun awak urang batuah banso anau indak takabua sifaik sombong jauah sakali. Tagaknyo manjauah-jauah, indak mamiliah tampek tumbuah, di bukik, di lurah dalam, di nan lereang atau nan data. Bia di gurun tanah lakuang inyo basanang hati juo. Daun nyo ndak rampak bana, kok gugua salero tuo, jatuah barungguak ka rumpunnyo, indak tagaduah kiri-kanan.

Santano manusia mancontoh anau nak, batang sampia namo asiangnyo. Pastilah, nagari aman kampuang santoso gemah ripah loh jenawi, barek lurah tanam manjadi. Itulah masyarkat nan adil makmur, di bawah ampun ridha Allah. Mako tacapailah nagari nan “baghdatun tayyibatun warabun ghafur”. Sabab baalah yo baitu nak, satiok urang bapancarian mampunyoi padok surang-surang tak ado istilah pangangguran. Tatimbun jurang kamiskinan, hilanglah bingik ke nan kayo, kecemburuan sosial kato rang kini. Sadonyo berpotensi, sadonyo aktif produktif, nan buto panghuni lasuang, nan pakak palapeh badia, nan lumpuah panggaro ayam, nan binguang suruah-suruahan. Inilah sumber daya manusia modal utama pembangunan baitu pemimpin mangatokan.

Niro ndak buliah sombong ka didih, kok indaklah karajo sapu batumpuak sarok di laman. Walau hanyo miang palapah usah dileceh diremehkan. Sabab dek rabuak kaiduik api sanggup mambaka rimbo rayo. Mako kalaulah sampai tak paguno nak, ilia santai mudiak bamain, lah gadang bagelong juo, iduik bagantuang ka ranggaek. Malulah awak bakeh anau, urang lah pulo dari sampiak. inok manuangkan tu nak kanduang, bao pikia dalam-dalam.

Kaba baraliah, inyo lai sungguah baraliah sinan juo dikaji, tantang bio-bio. nan dikatokan bio-bio nak, bagagang mamanjek samak, biaso tumbuah di baluka roman saujuik kacang paga. Buahnyo baduyun-duyun, kulik bakilek kuniang hamek haluik babulu anak kuciang, itulah miang sabananyo.

Mako salain banamo bio-bio kacang miang namonyo juo jarang lah urang nan tak tau. Dek inyo bagagang panjang, bio-bio manjala tanah, supayo tagak bak urang pulo tapaso malilik batang bagantuang ka rantiang kayu. Banyak kacang pakaro kacang, kacang miang paliang manggata. Gata dek miang bio-bio taseso sabatang tubuah, jantuang lah mintak gawiak pulo. Ba’a bana sakik padiahnyo nak sulih lah Ayah mangatokan, antah kok urang nan marasai.

Sumpah, kutuak, caci-makian, upek caraco, caruik kungkang, dibanci salamo hiduik. Jangankan ka mandakek, mandanga namo sajo lah jajok. Kok kunun maliek ka pamenan. jo api mamunahkannyo nak tunggua dikikih dilantiangkan, baitu doso kacang miang.

Nyampang kok kito manusia mamakai sifaik bio-bio, sakampuang kanai miangnyo manggata turun-tamurun. Jauahkan laku nan baitu nak, buliah salamaik hiduik awak. Cubo wa’ang bayangkan, ulah dek asuang jo pitanah, gunjiang kian kincah kamari, bisa mararak kasiah sayang urang balaki di sibaknyo. Tibo didagang panggaleh lahabiah di timpo kabakaran, tansano api nan mamakan tingga juo puntuang baronyo. Taga dek bingik dangki urang toke manjadi anak buah. Santano kantua ditimponyo direktur masuak pinjaro, manajer dipecat tagak, sekretaris tabaok rendong. Untuak itu Ayah ingekkan, hati-hati dalam bagaua, banyak batamu bio-bio nak ulek bulu namonyo juo. Karena bak cando jujur muluik manih baso katuju, awak Talen parlente pulo panampilan pun mayakinkan. ado kalonyo potongan dukun paham rasio dalam batin pandai manakok hati urang. Kadang-kadang bantuak ulama, hadihnyo balapiah-lapiah, ayatnyo bak ilia-ilia, iko dalia iko ma’ana. Ado juo rupo sarjana tau jo pasal undang-undang hukum
pidana jo perdata. Geleknyo baragam, kicuah jo kecoh nan nyato inyo manyerak miang cundang kabaji nan nyo agiah. Pura-pua ibo, kasihan katonyo ingin nak manolong barisuak urang batagak gaua gawik gapai sapanjang jalan baliau mangakeh di subaliak.

Ma adoh iyo urang macam itu nak, adoh sifaik nan ka dipakai, yaitu manjauah. Ibaraik marambah bio-bio kok hanyo dioyak dari bawah atau diruntun diratehi alamaik miangnyo batebaran badan ang juo nan kagata. Kalau ka tangguang-tangguang masuak sakadar badebat manumpalak eloklah manyisiah sajo. Sabab dek aluih makan jarumnyo, rumik mancari jajak masuak.

Indak batali ka diri atau tampuaknyo ka dijinjiang salain dandam parang batin batinju kasudahannyo. Basuo bak pantun-pantun urang, jam gadang di Bukittinggi talatak di Pasa Ateh, tukang palindih daulunyo. Haluih karajo urang kini mangarang bungo jo karateh dek kumbang basosok juo. Nak duo pantun sairiang, babuah rambai di puguak, bungo disasok barau-barau, ulah parangai kayu bungkuak, caia malaleh kuduak kabau. Pahamkan bana tu nak kanduang, jago diri ang kanai miang, apolai manjadi miang, samo tak elok kaduonyo.
Adopun paku ataupun pakis tarmasuak bangso suku rumpuik. Sajak dulu di ranah minang paku takato jadi sayua sampai kini musaua juo. Malah ndak sajo di kampuang awak, lapeh ka Jawa, ka Malaysiam ka Ambon, ka Kalimantan, sampai Brunei Darussalam, populer katupek gulai paku, lontong Padang namonyo sinan. Nan paliang lamak dicampua jariang, serak-serakan udang bariang, asamnyo, asam balimbiang, bungo sambuang konconyo bana. Kok nak tau jo lamak paku nak cubo diulang maangek-i, lah masiak mangkonyo sero. Tapi ado saketek nan maibo, manuruik pituah angku doktor, paku ndak manganduang gizi, sanasib pulo jo cubadak, manganyang indak bavitamin (he …). Bialah ka ba’a pulo (heh …). Nan nyato itulah budaya awak, gulai pusako Minang Kabau. Samanjak alun barabalun, maso lauik sacampak jalo, marapi sagadang talua itiak, paku cubadak alah juo. Hidup paku jo cubadak, maju terus pantang mundur (he…).

A . . . kito tinggakan satu taminak, ditala’ah sifaik-sifaik-nyo tu ambiak ka jadi guru. Dari pangalaman ilmu paku ado bana nan kadi tiru. Yaitu, perjuangan manantang hiduik, “Strange for life”, kato si bule. Yakin, gigiah, pecaya diri tapi jujur. Itu nan patuik kito contoh. Cubo ang like, ang pandangi. Indak sajo di tanah lambuak, di tanah lapa inyo iduik, di salek batu jadi juo. Malah indak pun di ateh bumi di dahan kayu tumbuah paku, di batang karambia bisa subur sampai ka pucuak-pucuak, atok paku ko tatap iduik mewah.

Sungguah manjadi pengembara, hinggoknyo indak manyeso, makannyo mancari surang, pantang manggaduah urang lain, bak cando limau di binalu. Mandiri, itu nan patut ka ditiru, suri tauladan ka dipakai. Satantang gigiah jo gagah caliaklah parjuangannyo, walau dihalang, dirintangi, baluka mahambek paneh, angin pun tak dapek lalu ulah dek angkuah kayu gadang.
inyo mampu batahan iduik di bawah bayang kesombongan. Baru kapatang kanai sabik, pagi cako di lanyau kabau, atau diimpok kayu mati, sahinggo punah tingga tunggua, bisuak pagi tuneh tacogok sa-pakan lah rimbun pulo. Panek batauik tak mamba’a, diparun alun ka’abih, antah kok urek nan tacabuik. Tapi, salagi rumpun tak binaso nan paku, bapantang mati. Sadangkan maklhuk tumbuhan tu nak, indak baraka, indak baraso, indak pulo punyo napasu lai gigiah mancari hiduik. Manga kalian kok manganggur, haa. Banyaklah contoh Ayah like, taganda di parantauan, ta tumbuak usaho galeh pondoh poroh pulang ka kampuang. Pangacuik, kok ka gadang
raso tak mungkin, pokok tandeh kadai lah lapeh. Carilah mato lokak lain ba’ako lari dari porong. Kandas galeh, lompek ka tukang, ndak lanteh cubo mangantau salek juo ka maojek. Saindak-indaknyo jadi cingkariak, manguli manjawek upah. Pendeknyo usaho, tidak satu jalan ke Roma kato rang sinan. Nan ka usah, kalau ba CV. Duo Jari, ma’agen manjua ganja, manempe jo tante girang, adaik malarang, undang managah, isuak basinggang di narako. Kok lai baliak ka kampuang, basawah mambuka landang, baparak, taranak ayam, syukur bana turun ka tani. Ha… iko indak sawah tingga, ladang marimbo, hutan kosong, lahan talantar, inyo nak sungguah di palantah. Tangah hari di lapau juo, domino balapia-lapia, gurau jo kincah nan utamo. Sahinggo di luluak tajak balariah, pinggan tak cukuik. Pamaleh, kanker jo tumor dalam hiduik nan panyagan, pambarek tandan, pamalu lambek bakisah.

Pantang cilako kami dulu, bagayuik ka urang tuo, babaliak makan ka pusako. Apo lai marengek-rengek, pacar den lah gadang juo, kawin ka ba’a ko den lah Ayah, itu haram bagi anak Minang. Baitupun taradok palajar, mahasiswa nan pacah mental, pangaluah panjang, patuik baraja dari paku. Mantang-mantang anak kuliah, gengsi bana turun ka pasa, namuah manjadi kutu rumah. Panganggur intelek bahaso trend-nyo, rumus nan dipakai-nyo. Tujuan sikola jadi pegawai, cari karajo ilia mudiak, masuak kantua kalua kantua, lamar kian kamari, mohon kamari. Sahinggo lah tipih tapak sipatu, tabuak sarawa, tenteang ikua, batarimo ka indak juo. Tidak ada lowongan atau tunggu saja panggilan, baitu jawab pesonalia. Mako dek bosan gilo mananti umua samakin gaek juo. Kasudahannyo, baputuih aso, tibo depres, frustasi, mamanuang, panggalak surang.

Waang lah SMA nan Insya Allah tanago Ayah kuek juo, talakik manyambuang ka fakultas, kini-kini Ayah pasankan nyampang kok jadi mahasiswa, sampai-tak sampai di wisuda, jaan pasang jarek samato jadi pagawai di kantua-kantua. Karano pitiah tiok mangarik, sogok-manyogok lah biaso atau dek sabab karano lain indak manabuak cito-cito.
Mako, bukak-lah usao surang, bewiraswasta, bahaso kalian. Jaan tagoda baman jo pagawai, kok indak di kantua indak ka makan, badasi juo ndaknyo, musti sanggup mandiri, bedikari. Ingek kato Bung Karno ?Kesempatan itu bukan ditunggu tapi diciptakan?. Kalau hanya hiduik manunggu, samo awak jo lawah-lawah, sifaik pasif tu mah namonyo.
Sadangkan awak harus agresif, progresif dan dinamis. Baitu karakter urang Minang, watak pusako dari dulu, kini kalian mawarisi. Adopun nan ka di pantang ka dihindari, laku parangai dek binalu, sifaik cilako dibaoknyo. Takalo bamulo, inggok manempe di kulik dahan, duduak di ujuang-ujuang rantiang.
Eloklah baso batang limau, urang bataduah di baok naiak, dijamu dibari makan, tamalam diagiah lapiak. Dek lamo lambek manompang mulai bapucuak salai daun, kian hari batambah rimbun, urek manjala-jala juo kini malilik mangulampai. Akia kato sudahan kalam, nyo barantiang badahan rampak, badaun babungo kambang, batang gampa urek mancakam, kalahlah nan asa dek nan tibo. Kini limau tingga jo namo, ujudnyo nyato la binalu, sumpah bagumam batangguangkan.

Jauahkan sifaik nan baitu nak, gadanglah doso mudaratnyo. Tahu-tahu iduik manompang, awak buliah urang tak rugi, usah kalamak dek awak surang, cadiak buruak tu mah namonyo. Licik, kato urang subarang, diagiah hati, bakandak jantuang, nan bak Balando mintak tanah. Buruak laku, jaek parangai, aka ciluah busuak pangana, niaik tak lain maniayo.
Banasehat para pujangga, ? Jangan ciptakan kebahagiaan di atas penderitaan orang lain? atau bahaso populer Minang kabau ?Lamak dek awak katuju dek urang?. Kok raso dibaok naiak, pareso dibaok turun itulah timbangan rang babudi. Santano budi nan lah pupuah, nak alam sampik langkah tatumbuak. Sulik batenggang bakalaka, badan disisiah urang banyak.

Dangalah pantun urang dulu:

Dek ribuik rabahlan padi,
dicupak datuak Tumangguang,
kalau iduik indak babudi,
duduak tagak kumari cangguang.

Babelok babilin-bilin,
di cako padi ka tabiak,
dek elok urang tak ingin,
dek baso urang manggarik.

Kok tumbuah ba induak samang,
tenggang amanah tabinaso,
pitaruah dipaliaro,
martabat dijunjuang tinggi,
caliakkan raso budi baiak.
Ijan samantang urang lah picayo, awak kuli disangko toke, baa kalatiak ujuang jari, Angek lah tagah dari cangkia. Nyampang anak iduik di rantau agak-agak di kampuang urang, bumi dipijak usah lambang, lauik ditampuah jan bariak, manyauak indak mangaruahi. Turuik-kan adaik caro sinan, isi cupaknyo nan tatagak, tiru ragian nan takambang.

Kok bakato di bawah-bawah, usah pangieh jo panggisia, kecek maikua itiak jantan. Lah nyato si pontong tak bajari, cincin ameh baparagokan.
Urang lah mati indak makan, rimah disapu ka ilaman, pantangkan bana tu nak kanduang. Mambunyikan tipi jo radio, usah sahabiah-habiah puta, tenggang subalah-manyubalah. Mungkin anaknyo baru lalok, tagaduah urang sadang damam, pikiran samak-samak ibo. Samantang awak naiak honda, kanalah urang jalan kaki, kanai potong indak mambaia, nak nan bedo kabuik di balakang, bunyi knalpotnyo nan manyeso. Kasimpulannyo, walau binalu nan tatuduah ambiak ibaraik jo itibar usah manari di ateh bangkai, Ayah tak suko tantang itu.

O… nak kanduang badan dek Ayah, lah panjang Ayah batutua, bajelo kisah tafsiran, mangaji rasio alam.
Tapi ba’awal kato bamulai, Ayah bukanlah cadiak pandai, buto do dalam pangatahuan, rabun di tantang pangalaman. Mako, ibaraik si buto dapek gajah. nan taresek baru ikuanyo, alunlah tubuah sabatangnyo. Kok lai namuah mambaco, nak manyimak mamparatikan, di alam kuliliang kito nagko batabua suri tauladan, banyaklah contoh jo ibaraik. Jo kaharibaan bisa disauak, paham di batin manampuangkan, sinan basuo lubuak ilmu aia janiah, sayak nan landai tampek baranang aka budi. Dek sabab karano itu, rajin-rajin anak baguru, maliek bayang nan tasirek.

Cubolah jawab tako-taki, kiat isyarat dari alam dan itu anjuran dalam syarak tu nak.
Tuhan bana nan manyuruahkan, batanyo Allah jo firman-Nyo:

“Apakah kamu tidak memperhatikan betapa bumi dihamparkan dan langit di sungkupkan, apakah kamu tidak memperhatikan pegantian siang dengan malam, apakah kamu tidak memperhatikan keberadaan binatang unta dan lain sebagainya ?”.

Malah tanyo baruntun dari Tuhan kapado kito manusia :

Afala tubbsirun, afala ta’kilun, afala ta’lamun, afala tattafakkarun Ya Ulil Albab?
Satiok tanyo bakandak jawab, nak pudulah pulo tanyo Allah. Hampia sajam Ayah basurah, kini dihimpun ciek-ciek, diambiak pati santannyo. Dari sapanjang tutua tadi tigo sajo isi pidoman, yaitu hubungan diri samo diri, hubungan diri jo manusia, hubungan diri dengan Allah.
Mari disabuik satu-satu. Adopun hubungan diri jo diri indaklah lain mukasuiknyo mambantuak watak jo karakter dalam mancari kepribadian, adolah limo rasionyo, nak
nan partamo, tujuan hiduik, motivasi jo nawaitu.
Dari mano datangnyo awak, sadang di mano kito kini, kamano arah ka dituju.
Batanyo ka diri, untuak apo waang ko iduik?
Ka manga datang ka dunia-ko?
Kok indak tau jawabannyo, Tuhan manolong manjawabkan.
“Wama akhlaktul jinni wal insa illa liyak buduni”.
Tidaklah aku jadikan jin dan manusia kato Allah, kecuali untuak mengabdi kepada-Ku saja.

Untuak itu Rasulullah pun batitah, iduiklah sasuko hati, tapi ingek salamo iduik musti ka mati, karajokan apo nan taragak, tapi ingek satiok karajo akan ditanyo, cintoilah apo nan dihati, tapi ingek satiok pertemuan ado perpisahan, itu nan partamo.

Nan kaduo, bapandirian taguah, berprinsip nan jaleh istiqamah yakin ke diri.
Arek-arek kalau bapacik, taguah-taguah bakeh ka tagak.
Usah baganggam-ganggam baro, raso kahangek dilapehkan.
Kalaulah tagak di nan bana, ijan ragu manantang bandiang.

Nyampang nan hak dirabuik, rampeh, martabat dilanyau urang, pantangkan mundur satapak
Yuang, haram bumi bakeh Ang lari.
Syahid membela kebenaran dan mangalah dengan salah.

Nan katigo, jujur jo amanah.
Di dalam hati manusia ado zat nan paliang adil, itulah inyo kalbu kato rang siak, nurani kecek rang pandai, raso pareso keceknyo adat.
Musuahnyo, iyolah napasu, sadangkan akal kumari masuak.
Mako satiok kakok ka diawai, tanyolah dulu nan di dalam lai kok izin hati nurani.
Biasonyo pikia sakali, mananglah nafsu, akal mandorong jo usaho, badan mambantu jo karajo.
Tapi baoklah maranuang dalam-dalam, duo tigo ulang bapikia.
Kalbu nan suci akan manang, picayolah.
Kompasnyo indak jauah-jauah, yaitu hukum cacak jangek.
Piciaklah diri awak dulu, sakik dek awak, sakik dek urang.

Nah, nan kaampek, dinamis, ligat kato rang medan, lasak kato rang Minang.
Usah layua pandingin darah, talampau banyak agak-agak, suko mananti garah alah.
Kalau cameh jo gamang lah dahulu, ragu jo bimbang, takuik kanai alamaik karajo tak manjadi.
Tapi kok lah habih tenggang jo kalaka nan di juluak ndak jo dareh, nan dijapuik ndak kunjuang tibo, baru tawaqal pado Allah, takdir tu mah namonyo.
Hadapilah dunia dnegan senyum, baitu kato ahli fikir.

Nan tarakhir, nan kalimo. Yaitu, basifat saba jo rillah. Nan Ayah mukasuik dengan saba, bukan mambatu muko tembok, kanai lampang pipi nan suok, diagiahkan pulo pipi kida, bukan baitu.
Tapi, indak cameh wakatu susah, indak takabua di nan lai.
Hindakan tamak jo lobo padokan apo nan ado, syukuri barian Allah.
Nan manjadi sifat dari napasu, adolah salalu maraso kurang, ha . . .
Adopun sifaik dek manusia nak, ingin dipuji, dikagumi, diumbuak, disanjuang-sanjuang, bataruih-tarang nyo nan sagan.
Siapopun ingin panjang umua, tapi takuik manjadi tuo. Mako sananglah bana dihatinyo, dikatokan baliau awet mudo, umua gaek, kaniang bakilek, taimpik galombang anak bujang, ha . . . .
Pujilah nan disayanginyo, anaknyo nan kamek, lincah, galeknyo nan tagak tali, tapi ijan dipuji inyo rancak, balapia tinju dihiduang ang. Agak-agak maanjuang urang nak, usah malimbak, malabiahkan, overdosis ibaraik ubek. Bisa malonjak anak bayi, babaliak aruah panabangan, nak tuah dapek cilako.
Sasudah itu suko manolong, malang mujua, sakik jo sanang, indak kalapeh dari tangga, kini urang bisuak kok awak. Bakato Buya Hamka :
“Jangan tetawakan orang jatuh, tapi bersyukurlah kalau anda tidak jatuh, dan sebaik-baik pekerjaan adalah menolong orang dalam jatuh”.

Kok sanang jalang-manjalang,
kok sakik silau-manyilau,
kok mati janguak-manjanguak.
Banyak caro manolong urang,
tolong jo pitih jo harato,
tolong jo jariah jo tanago,
saindak-indaknyo tolong tolong jo aka pikiran, jo do’a jadi juo.

Sauleh rimah dalam litak labiah lah gadang manfaatnyo dari sakancah nasi, katiko kanyang.
Nan katuju dek Rasulullah, pamaaf indak pandandam. sampilik mambari maaf, pamaha jo karilahan, itulah urang rendah budi. Mambayang ka paroman-nyo, muko karuah, kaniang bakaruik, hati kasek, bantuaknyo sanga, lah pupuih Nur-Hidayah.

Sadangkan Adam lai nyo khilaf, talampau pantang makan khuldi, Tuhan mambari kaampunan, kok kunun-lah kito makhluk. Manuruik dalih biasonyo, nak apobilo urang pabaso tando ceke, apobilo pacimburuan tandonyo jahek, urang pasumpah tando ciluah, pandandam tando takabua, setan basarang di hatinyo.
Awak barasiah tak badoso, urang lah salah kasadonyo, namuah batahun ndak manyapo, jo dunsanak bakarek rotan.

Baparingek Nabi jo hadis-nyo, duo nan ka diingek, duo pulo nan ka dilupokan.
Nan kadiingek, salah awak ka urang lain, jaso urang ka diri awak.
Dan nan ka dilupokan, jaso awak ka urang lain, salah urang ka diri awak. Nyampang sunsang tabaliak pasang nak, cabiak-cabiak silaturrahim, caia ukhwah islamiah, sinan ka turun murka Allah.

Kini nan kalimo, nan kalimo yaitu panyuko, barasiah hati, kok urang mandapek rahmat sato basyukur, bagumbira, nyampang kok bala manimponyo, prihatinlah di nasib kawan. Usah sabaliaknyo nak, manampak kawan barasaki, awaklah masam kurang bunyi, hatipun paneh manggalagak, mancaliak kadai urang kayun, dek awak susuik jua-bali. “Ayam batino nan batalua, ikuanyo padiah dahulu”. Jauahkan sifaik nan baitu nak.
Baitupun usah pamatahkan kecek urang, suko maudi, marandahkan, manunggu utang, di nan rami mamasang pitih barakuak.indak saide sapandapek, balain tapi katagokkan, itu biaso dalam rapek. Tapi agak-agak kalau badebat, iyokan dek urang nan tasampai, lalukan dek awak jo daliahnyo, indak bakasam sambuang parak.
Manyubarang di aia dareh adolah bana rasionyo. Ambiak ancang agak kahulu, turuikkan hiliran aia, manyerong ansua ka mudik, malereng geser haluan, biduak ka sampai di subarang. Usah disongsong aruih sungai, karam di riam, diputanyo hanyuik kok indak bamuaro. Manyanangkan hati urang itulah resep pergaulan indak karasan salamonyo, picayolah.

Adapun hubungan timba baliak antaro makhluk dengan Khalik ibaraik ikan dengan aia. Kok nyampang ikan tapisah, carai talantiang dari aia, alamaik hiduik ka sansaro, tak kama manggapai lai.
Tapi sabaliaknyo nak, aia indak manganduang ikan, haram kok inyo ka tagamang, samiang alun ka ta came. Baitulah pulo dengan Tuhan, walau manusia kapia sadonyo, langik engka, bumi durako, indak ka sumbiang martabat-Nyo, zat Allah tatap mulia. Dek sabab karano itu nak, ijan manjauah dari Allah. Hubuangkan diri jo nan satu. Salamo jantuang badanyuik, salagi angok turun-naiak, Tuhan nan ambek dilengahkan. Kalau diri sudah manyatu, dakek nan tidak baantaro, jauah nan tidak bajara’an, sinan hidayah turunnyo. Sahamba-hamba tabu nak, limo kali dalam sahari tamui Tuhan jo talipon, mangecek langsuang samo surang. Mintaklah apo ka di mintak, kadukan nasib parasaian, tangih jo ratok ka bapujuak, tagamang lai ka bajawek Rahman jo Rahim salamonyo. Adopun kok Ang nak tau satantang nomor talipon-Nyo, hanyo sabanyak tigo angko. Yaitu, 24434. duo rakaat shalat subuah, ampek rakaat waktu luhua, ampek pulo dimasuak asar, tigo rakataan di mugarib, ditambah ampek shalat isya. Aratinyo, sumbayang nak, sumbayang, sumbayang, sumbayang, usah ditinggakan.

Manuruik sifaik jo janji-janji-Nyo Allah itu Maha Pengampun, murah maaf, maha jo dandam. Tapi ado duo nan tak bahampunan, partamo murtad, kaduo syirik. Nan dimukasuik dengan murtad nyato-nyato mamutuih tali, maurak buhua gagang iman, kato jo ruek mambulakang, katie sirah urang namokan. Sawajah tantang pado syirik, dalam nan inyo baindakkan, hati nan ragu, ragu bimbang. Dilaia lai maangguak, di dalam batin manggeleng. Tauhid saparo sudah, mancari Tuhan salain Allah. Kok itu sfat nan bapakai, berang Allah sampai ka gunjai tunggu jahannam, hari isuak. Jangankan pado Tuhan Allah, manusiapun lai pandai berang. Kok ati bini alah manulak, tubuahnyo lah mambulakang, tandonyo indak nio awak, caraikan istri sanan juo. Atau di dalam inyo basuami, mancari pulo laki lain, wajib ditalak salamonyo. Mamakai istri nan baitu gayuik hukumnyo dalam Syarak, tacacek bana di nagari, layua talingo kecek urang.
Mako kini Ayah ingekkan, hati-hati manjago iman. Taguah-taguah paciak tauhid, usah sumbiang, usahlah cakak. Kok bulek indak bapasagi, picaknyo indak basuduik, runciangpun indak bajipang. Walau ba’alah badai mahampeh, lauik gilo tapan mangamuak, kamudi usah dilapehkan. Hanyo Allah tampek balinduang nak, bukan dukun, bukanlah datu, bukanlah pulo tukang tanuang atau mamintak bakeh kuburan, kok kunun ka setan jo ubillih.

“Iyya kanak budu wa iyya kanasta’in, kapado allah kito manyambah kapado-Nyo pulo mintak tolong”.

Nah… itulah nak, itulah pitaruah Ayah. Kok nasehat ko lah namonyo, kok pituah ka Ang katokan. Nan nyato utang ka anak lah taansua. Lain hari Ayahlansaikan.

A . . . baa Ang kini, karano hari lah laruik malam, badan latiah, mato takantuak, kito baganjua lalok dulu. Insya Allah bisuak kok lai iduik juo, disambuang guliang, ditamatkan surat.

Download : http://www46.indowebster.com/5d8b35ab2e1be20671bc561368a7e40a.mp3


Catatan :
Tulisan ini ditulis oleh Bp. Dr. H. Suheimi atas ijin Yus datuak Parpatiah yang diambil dari sebuah bidaran minang, berjudul “Pitaruah Ayah”. Disusun dan disampaikan sendiri oleh Angku Yus Datuak Parpatiah. Pesan-pesan kaset ini khusus diperuntukkan buat anak kemenakan-ku, generasi remaja Minangkabau, semoga ada manfaatnya, Harapan kami. Atas segala kekhilafan dan kekurangan mohon diberi maaf yang sebesar-besarnya.
Terima kasih.
Dr. H. K. Suheimi