Minggu, 23 Juni 2013

JAKARTA SEASON...

Hari ini Sabtu, tepatnya hari ke 29 dibulan Juni tahun 2013, kalau saya tidak salah dalam menghitung hari ke 257 saya berada dikota ini dan saya yakini hari ini adalah hari terakhir untuk sepenggal sebuah cerita perjalanan yang begitu memberikan pelajaran sangat berharga untuk terus melanjutkan hidup,, yaaa... harapan saya tentunya demi mimpi untuk sebuah masa depan yang lebih baik... Tak ada yang mengira,
dan dari awal perjalanan ini pun dimulai tidak ada sebuah perencanaan bahwa akan berakhir di hari ini, emang sulit, tapi pada prinsipnya keputusan ini harus diambil, meskipun beberapa hari kebelakang saya seperti ber“onani“ dalam pikiran hingga beberapa pertentangan dalam hati sering terjadi... Berat, tapi keputusan ini harus diambil, dan dari semula saya tidak akan pernah perduli dengan apa yang dikatakan oleh orang lain... karena saya yang menjalani hidup, dan saya yakin tidak ada yang sia sia untuk sebuah pelajaran yang berharga...
Gagal pada Rencana Awal.
Pada postingan sebelumnya saya sudah menulis alasan kenapa saya harus menginjakkan kaki ditanah yang mungkin saja sebagian orang menganggap kota ini adalah kota untuk mewujudkan mimpi mereka, dan tentu tidak jauh berbeda dengan diri ini, ketika saya berfikir untuk datang ke tanah ini... akan tetapi saya berfikiran kota ini bukanlah tempat dimana saya harus mewujudkan semua mimpi, keinginan dan harapan untuk masa depan karena begitu jelas, semua perencanaan tidak terwujud hingga pada akhirnya saya hanya dapat mengambil makna tersirat setiap hitungan hari yang saya jalani disini...
Sulit untuk menulis kegagalan dalam setiap proses perencanaan yang saya bawa ke kota ini karena sejujurnya rasa kecewa masih begitu kental dalam ingatan, melupakan semua memang tidak semudah menjalani hari hari yang saya jalani selama dikota ini... hingga melupakan kecewa dan tetap berfikir optimis untuk hari ini dan kedepan adalah lebih baik menurut saya. Akan tetapi jika saya dapat kembali pada 9 bulan yang lalu, mungkin saya tidak akan mengambil keputusan datang kekota ini,.. menyesali masa lalu memang tidak akan pernah berguna, karena saya berpendapat, baik saya maupun anda tidak akan pernah dapat mengambil pelajaran dari setiap proses waktu yang kita jalani jika hanya berfikir kebelakang..
Pelajaran demi Pelajaran...
Satu penyelasan pasti tersimpan seribu pelajaran yang sangat berguna untuk kedepan, karna sudah jelas, saya anda dan kita semua hidup untuk hari esok, bukan kemarin, apalagi Tuhan hanya memberikan kesempatan untuk hidup hanya satu kali, dan alangkah pahitnya jika dalam hidup ini dibebani oleh keresahan yang jelas kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi esok.
Entah itu benar atau saya yang begitu terdoktrin oleh tulisan soe hok gie bahwa “lebih baik diasingkan daripada hidup dalam kemunafikan“ yang jelas pada prinsipnya saya hanya tetap ingin menjadi diri sendiri, karna pasti mendengarkan hati nurani lebih baik dari pada pikiran orang lain.
Saya, anda dan kita semua adalah makhluk sosial yang tentunya kita butuh orang lain untuk saling berbagi, dan saya rasa disanalah fungsi dari yang namanya perasaan diciptakan oleh Tuhan, bukan materi, karena tidak semua manusia tentunya dapat diukur dari nilai tukar rupiah saja.. tapi terkadang manusia sering salah dalam mengambil suatu makna tersirat atas beban maupun kondisi yang terjadi.
Dulunya saya berfikiran profesionalitas dan komitmen akan terlihat dari apa yang masing masing kita telah jalani, tapi begitu naif jika penilaian suatu kinerja hanya dinilai dari evaluasi sepihak atau memandang hanya dari satu pihak, dan terasa begitu pahit apabila satu kerja keras hanya dianggap sebagai isapan jempol belaka... dan sayang,, saat itu saya tidak bisa berbuat apa apa, karena saya baru sadar bahwa sisi perasaan terlalu kental untuk bermain.. Tapi yang jelas, kondisi seperti ini jika dipertahankan tentunya akan rentan untuk terjadi konflik yang lebih besar...
Simplenya objek tidak mengerti kepada subjek, dan subjek tidak paham dengan karakter objek, maka komitmen akan terbuang percuma...
Ini sisi pembenaran saya, karna pasti tiap manusia menginginkan posisi yang benar... yang jelas benar saya diposisi saya,, dan anda benar pada posisi anda.
Maaf jika terlalu banyak retorika ataupun teoritis, tapi saya yakin anda yang membaca ini semua pasti adalah orang orang yang cerdas dalam mengambil inti sari dari semua penjabaran saya. Jika tidak silahkan perbesar lingkar otak anda.. ^_^
Jika saya menulis kata “saudara“ dan “sahabat“ pastinya anda semua memiliki penilaian tersendiri atas makna 2 kata tersebut.
Selama saya berada disini, satu kondisi dapat terjadi, yaitu ketika seorang saudara juga bermakna sahabat. Kondisi ini sulit untuk terjadi, tapi bukan tidak mungkin untuk terjadi...
Kondisi yang lain yaitu, ketika seorang sahabat juga bermakna seorang saudara, dan kondisi ini yang lebih memungkinkan untuk dapat terjadi, tapi saya beranggapan semua tergantung kepada kondisi ekonomi anda.
Jika anda memiliki ekonomi yg tinggi, maka saya rasa jangankan saudara dan sahabat, semua orang disekitar anda pasti ingin dekat, dan sebaliknya, jika kondisi ekonomi anda rendah.. saya rasa anda harus tetap mengingat siapa yang telah menanamkan “jasa“ kepada anda, karena pasti hal tersebut akan menjadi begitu sulit untuk anda bayar kembali...
Diluar konteks saudara dan sahabat, satu kondisi lain dapat terjadi adalah, ketika satu orang yang anda harapkan untuk dapat membantu segala permasalahan jauh tidak sesuai dengan yang diharapankan, tetapi justru orang lain yang sangat tidak anda harapkan yang malah membantu anda... disinilah saya terus mengingat bahwasanya benar jika harapan itu memang berbanding lurus dengan kekecewaan... dan pelajaran yg terbesar adalah, Tuhan tidak akan pernah sia sia atas jalan dan beban hidup umatNYA.
Dan pastinya saya tidak akan pernah melupakan semua perbuatan baik orang lain, karena setetes air begitu sangat berharga ditengah kita kehausan, tapi satu ucapan yang terasa pahit tanpa anda sadari akan meneteskan air mata hingga dirimu sadar, bahwa itu yang harus dirimu terima.. dan khusus untuk diri saya,, tak ada dendam... tapi akan meninggalkan bekas yang begitu dalam. Dan doa saya hari ini teruntuk orang orang yang telah menanamkan jasanya, semoga semua kelak Tuhan dapat membalas semua dengan lebih.. Amin, dan saya yakin itu...
Kereta Kota tujuan Purwakarta..
Kreta ini berangkat dari stasiun kota, tidak jauh dari Kota Tua, tempat yg paling menarik untuk saya, kreta ini memang salah satu transportasi umum di Ibukota, tapi anda jangan membayangkan jika anda berada dalam kreta ini seperti transportasi modern busway ataupun kreta commuter line..
Stasiun akhir kreta ini adalah Kota Purwakarta, Jawa Barat, dan 2 bulan terakhir ini alat transportasi ini setidaknya menjadi angkutan yang begitu meninggalkan kesan yang sangat dalam untuk saya..
Saya berhenti distasiun Cikampek, 3 stasiun sebelum Purwakarta, dan melewati 12 Stasiun dari Stasiun Kota. Hanya dengan tiket Rp 3.000, jika anda menaiki kreta ini kita harus siap dorong~dorongan dengan penumpang yang lain, disuguhkan akan suasana dengan bau yg begitu pengap, panas, Ahli Hipnotis, pengemis, pedagang asongan yang rangkap menjadi pencopet, dan begitu sesak dengan semua orang..
Akan tetapi dibalik semua apa yang saya lihat setiap saya ada kreta ini saya selalu ingat dengan Ibu, yaaaa... sebuah suasana dimana membuat saya selalu harus bersyukur dengan kehidupan yang telah diberikan Tuhan, saya melihat diantara sebagian orang orang dimana mereka selalu tersenyum dengan Ikhlas, sebuah kebersamaan meski mereka tidak saling mengenal dan perjuangan hidup yang saya nilai, sangat berat untuk mereka jalani.. dan pastinya apa yang saya lihat bukan hanya menjadi tolak ukur untuk menjalani masa depan, tapi suatu keadaan dimana setiap manusia harus dengan ikhlas menjalani perannya masing masing hingga senyum dan bahagia dengan apa yang telah dikaruniai oleh Tuhan akan terwujud.

Nah, hari ini mungkin tanya saya sudah terjawab, karena mulai esok, jalan saya akan berbeda, Tapi pastinya saya maupun anda akan sulit melupakan apa yang tidak ingin dilupakan oleh hati nurani, dan jika memaksa ingin melupakan maka dia akan semakin jauh untuk mendalam.. berserah diri kepada waktu adalah pilihan yang tepat untuk melewati semua...
Baiklah, kopi dicangkir ini tinggalah ampas, beberapa saat jelang chek in, sungguh saya tidak peduli dengan apa penilaian orang lain dengan jalan hidup saya, dengan apa yang saya tulis, karena saya selalu ingin berbuat apa yang menurut hati saya itu adalah yang terbaik, dan saya akan terus berbuat untuk orang orang yang saya sayangi, orang tua, dan keluarga..
Sebelum memulai hari pertama saya disini, seorang kawan berkata kepada saya “jika kau semakin jauh dari rumah, maka kau harus semakin dekat dengan Tuhan“ dan hari ini saya pulang, saya berharap semoga kedepan dan seterusnya saya lebih dekat dengan Tuhan. Amin...
29 Juni 2013,
Day 257, Jakarta Season
The End.

Senin, 22 April 2013

UNTUKMU BUNDA

Dulunya blog ini saya penuhi dengan tulisan yang lebih banyaknya itu bertemakan tentang politik, dan pastinya semua itu dipengaruhi oleh lingkungan dan hari-hari yang dipenuhi dengan diskusi lepas bersama kawan-kawan yang mungkin saja memang latar belakang yang orang bilang itu "organisatoris".

yaa.. sudah lama gk nulis di blog ini, emang gk cukup tanpa adanya kopi, teman yang paling setia dalam inspirasi saya untuk menulis, meskipun kopi itu adalah perpaduan antara rasa pahit dan manis tapi pastinya ada kenikmatan tersendiri dibalik perpaduan rasa manis dan pahit.

Saya tidak akan menulis tentang seseorang dibalik pengalamanya dibidang organisatoris, atau menulis beberapa filsafat tentang kopi. tapi kalau ada yang bilang ini adalah sebuah curhatan terserah anda punya pendapat apa, setidaknya saya menulis dan anda membaca. yaa,, kalau itu memang hanya sebatas itu saja.

kalau saya tidak salah menghitung, hari ini adalah hari ke 190, Hari ke 22 di bulan April, orang menyebutnya Jakarta, tapi saya lebih suka menyebutnya itu Batavia. Berangkat dengan Niat dan restu orang tua demi yang katanya itu adalah sebuah mimpi, bukan hanya demi sebuah tanggungjawab yang harus saya jalani. Banyak yang mempertanyakan tentang kesungguhan keputusan yang saya ambil, ketika status karyawan tetap atau pekerja abadi, masa depan yang lebih terjamin yang telah ada di depan mata itu saya tinggalkan, akan tetapi sebuah perencanaan masa depan ditambah pemikiran segala bentuk teoritis pekerja abadi menjadikan suatu keputusan itu saya ambil dan hingga saat ini saya masih mencoba untuk bertahan dikota ini.

Tak ada kata selain Ibu yang dapat membuat saya untuk bertahan hingga saat ini, Tapi hidup bukan hanya sekedar bernafas, Hidup bukan hanya sekedar uang, tapi kita butuh uang untuk hidup. Teoritisnya ketika saya berangkat dengan sebuah Plan yang menurut saya itu harus berjalan sampai disini, tetapi semua kondisinya berubah dan yang saya sayangkan saya tidak mempunyai plan selanjutnya, rasa bingung dan ketakutan untuk menghadapi hari esok masih selalu terbayangkan, dan satu yang saya syukuri adalah Tuhan masih memberikan anugerahnya untuk saya hingga hari ini. walaupun yang menjadi teman hingga hari ini hanyalah mimpi dan seraut wajah senyum untuk Ibu.

Maafkan aku yang yang belum bisa membuatmu bangga Ibuku, saya selalu yakin setiap ucapan dalam doa mu adalah kebahagian untukku, jika dalam kerinduan ku ada air mata itu hanyalah kerinduanku padamu ibu, tak ada tempat senyaman dirumah ibu, tak ada tempat selain ku bercerita kepadamu, tak ada yang kuat selain kuatnya genggaman mu, ketakutan terbesar ku saat ini hanyalah ketika diriku tak mampu memenuhi semua harapan dan keinginanmu.. Dan jika esok aku pulang, semoga hari itu aku mampu mewujudkan semua mimpi dan harapanmu.. jika aku tidak mampu, aku yakin engkau akan selalu menerima dalam semua keadaanku..

UNTUKMU BUNDA
#DAY190_JAKARTA_SEASON




 

Orang Gila, Masalah dan Mar*o Teguh…

Orang gila,, kalau dipikir entah secara jernih atau apa, mungkin saja masih mending orang gila dari pada orang waras, atau orang stengah waras. Karna apa?, karna orang gila tidak pernah sadar akan yang dilakukan dan diperbuat, sebut saja tertawa sendiri atau menangis sendiri. Tertawa dan menikmati kebahagiannya sendiri atau menangis dan menikmati kegalauannya sendiri, dan pastinya tanpa berfikir orang lain akan berkata apa.


Kali ini saya menulis keberpihakan saya kepada orang gila. Orang atau manusia yang begitu sangat menikmati hidupnya dan jika suatu hari nanti saya ikut gila, pastinya saat itu saya tidak sadar bahwa saya sudah gila.

Jika slogan Pegadaian adalah “Mengatasi masalah tanpa masalah“  saya rasa itu adalah muna karena hidup saja sudah masalah, nah jika anda ingin keluar dari masalah berhentilah untuk hidup. Tapi tidak bagi orang gila tentunya.

Siapa yang tidak kenal dengan Mar*o Teguh (MT). Memiliki entah berapa “gudang“ teorotis cerita motivasi mengatasi masalah hidup. Dan tentunya saya, anda dan kita semua sadar bahwa MT ini adalah manusia dan pasti bukan orang gila. Dan saat ini saya berpendapat si MT ini menjual jalan hidup yang pernah dilalui oleh orang gila, atau dulunya MT pernah gila dan belajar dari kegialaanya. Dan jika orang gila itu sadar dengan keadaan mereka saya berpendapat orang gila tadi akan lebih hebat dari si MT.
Atas dasar itulah saat ini saat saya berpijak pada sebuah pendapat bahwa akan lebih baik saya belajar kepada orang gila dari pada mendengar kata-kata si MT (Mar*o Teguh), sebelum saya menemui kegilaan yang hakiki. Dan jika saja saat ini saya gila saya berharap ada orang lain yang menyadarkan bahwa saya sudah gila.


Salmi Destiawan Jakarta season #Day134
Tersesatkah aku disamudera hidup… Inikah jalanku, inikah takdirku… Kupercaya dan kuyakini murninya nurani menjadu penunjuk jalanku… Lentera jiwaku.. “Nugie“

Rabu, 29 Agustus 2012

Saya-pun Juga Bingung Judulnya Apa


Seperti pagi  hari biasanya ketika itu adalah jam kerja, saya bangun, mandi dan bergegas untuk bekerja, dan tidak lupa membawa bekal untuk siang harinya. Ya, sebuah rutinitas yang telah dijalani. Tapi lebih kurang sebulan, malas, tidak bersemangat, jengkel telah bercampur menjadi satu rasa yang sulit untuk saya tulis disini. Kali ini saya terbangun dan ternyata jam masih menunjukan pukul 01.00 WIB dini hari, masih ada 6 jam lagi untuk menjalani rutinitas. Tak bisa memejamkan mata, maka saya coba kembali menulis, hitung-hitung ngisi blog yang sudah lama gak update lagi :). Tulisan ini bukan tulisan formal, memikirkan judulnya saja tidak terfikirkan, bukan pula tentang sebuah tulisan kritik kepada para birokrat pemerintah, tapi mungkin akan lebih tepat tentang sebuah keresahan tentang beban pikiran, walaupun saya tidak mau tulisan ini dianggap sebagai tulisan curhat.

Mengutip sebuah tulisan dari sebuah buku karangan Gede Prama yang berjudul Jejak-Jejak Makna dimana didalam halaman persembahan tertulis “kalau saja jarum jam bergerak kebelakang, Aku ingin lahir kembali dari kandunganmu lagi Ibu, Aku ingin engkau membimbing lagi Ayah, Aku ingin menikahimu lagi Istriku, dan Aku inggin menggendongmu lagi Anak-anakku”, atau sebuah bait puisi dari Soe Hok Gie yang mengatakan “Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah berumur tua”. Kedua tulisan tersebut memang berbeda tapi sediikit ber-irama karena jelas kita ini sebagai manusia, hidup, dan menjalani kehidupan, tidak lepas dari permasalahan yang ada disekitar diri kita sendiri,. Dan terkadang semua diawali dari pikiran diri kita sendiri.

Saat saya duduk dibangku Sekolah Dasar,dipikiran sangat begitu ingin untuk duduk dibangku SMP, berlanjut ke-SMA, hingga bangku kuliah, dan bekerja. Kita sendiri tidak menyadari bahwa setiap proses tahapan yang kita lalui mestinya juga diiringi dengan sebuah proses pendewasaan dalam berfikir, bersikap dan dipengaruhi oleh lingkungan. Dan secara tidak langsung sebuah proses pembangunan prisip dan idialisme didalam diri akan tumbuh.

Bingung mau dilanjutin kemana ini tulisan, yang jelas jika saat ini saya ataupun anda adalah manusia dewasa tentunya kita menyadari bahwa setiap bertambah usia seorang umat manusia maka semakin bertambah tanggungjawab yang harus dijalani.  Menyerah pada sebuah kondisi bukanlah suatu prinsip, tapi berfikir secara logis adalah sebuah keharusan, manusia adalah makhluk sosial, yang tidak luput dari walaupun secuil perasaan, dan manusia bukan mesin pekerja yang siap menerima apa adanya.  Kondisi dan tuntutan ekonomi adalah hal yang musti harus diselesaikan tapi bertahan pada sebuah ketidaknyamanan itu bukanlah manusiawi, diasingkan atau hidup dalam kemunafikan. Materi (uang/pendapatan) bukanlah ukuran kebahagiaan tapi yang terpenting berada disekitar orang-orang yang selalu memberikan senyuman adalah kebahagiaan.

Satu paragraf diatas adalah sisi kegelisahan saya saat ini tentang rutinitas yang saya jalani saat ini, bekerja setiap harinya, melalui persimpangan yang sama, dihadapan sebuah monitor tua, dengan kertas-kertas yang sama, dan sebuah tekanan dan perlakuan tidak adil yang saya rasakan. Baru genap satu bulan saya di angkat menjadi karyawan tetap setelah satu tahun, tapi kali ini saya memutuskan untuk keluar, karena saya beranggapan bahwa sebuah hal yang tidak dapat saya terima jika mayoritas dalam satu hari kehidupan hanya dibebani oleh hal-hal ketidaknyamanan, tekanan, dan beban pikiran yang besar. Realistis itu adalah penting, tapi saya percaya manusia hidup didunia, diciptakan oleh Tuhan, dan menjalani kehidupan bukanlah untuk sebuah keresahan karena hidup ini hanya satu kali.

Senin, 05 Desember 2011

SESAAT SAJA

Baiklah, saya mulai tulisan ini dengan satu hisapan yang yang sedikit mengantarkan kedalam sebuah kelarutan dalam bercerita yang mungkin saja kalian sudah bosan dengan cerita dari orang yang paling tua yang selalu ada menempel bersama kalian. Tapi tidak perlu takut karena untuk kali ini semua cerita adalah milik kalian, saya lebih suka menyebutkan tentang sebuah kebersamaan demi sebuah impian yang tidak lebih hanyalah sebagai bahan lelucon ketika kita duduk bersama. Tapi kita sendiri tidak pernah menyadari bahwa hal yang besar selalu diawali dengan hal yang kecil, lelucon-lelucon ini yang nantinya akan menjadi hal yang besar, yang pada satu hari nanti semua akan menjadi bagian dari cerita kalian, bagian dari sejarah ataupun perjalanan yang pernah kita lalui.

Hari ini saya ditemani oleh beberapa batangan rokok, segelas kopi yang ada disamping saya, badai dan hujan yang begiu deras diluar. Jika diantara kalian saya adalah orang yang paling tua, tapi saya selalu yakin bahwa jiwa saya akan selalu muda jika bersama kalian. Saya bukanlah tipikal pria romantic, yang dengan mudah dapat menundukan hati wanita karena saya selalu sadar dengan sebuah kutipan bahwa “harapan itu berbanding lurus dengan kekecewaan”, dan yang pasti medan perasaan untuk segala hal sangat sulit untuk saya takluktan. Tapi yang paling saya ketahui adalah kebersamaan yang kuat dan keterbukaan untuk saling percaya adalah alat yang paling kuat untuk mencapai tujuan bersama. Persetan tentang Idialisme ataupun Idiologi, tentang kajian-kajian retorika ataupun teoritis karl mark, tapi saya tetap beranggapan bahwa kunci dari segala hal adalah kebersaman yang kuat, sehingga apapun tujuan dan keinginan pada ujungnya kita akan mengarah kearah sana.

Ini bukanlah tulisan tentang pergerakan mahasiswa 66, 76, ataupun 98, bukanlah tentang Manajemen aksi, bukan tentang Sejarah Perkembangan Manusia, atau bukan juga tulisan tentang cerita runtuhnya rezim Khadafi di Libya, dan yang pasti bukan sebuah jalan untuk menurunkan sang penguasa tunggal yang ada di kampus kita. Tapi semua yang saya lalui bersama kalian akhir-akhir ini adalah bagian dari cerita hidup saya, satu persimpangan yang membuat saya tersadar akan arti sebuah kebersamaan, arti sebuah persahabatan. Benar satu tujuan telah sampai, tapi perang belum usai, tapi kalian musti bersepakat dengan saya bahwa kunci segala-galanya adalah kebersamaan dan keterbukan untuk saling percaya adalah kunci dari segala-galanya. Masa lalu adalah sejarah yang kedepan hanya akan menjadi sebuah cerita lama yang tidak akan pernah bisa kita ulangi. Hari ini, detik ini adalah kalian yang dikemudian hari juga akan menjadi sejarah dan bagian cerita kalian, selamat menikmati adinda-adinda ku sekalian, silahkan kalian jalani bagaimana kalian menjalani dengan tetap menjadi diri sendiri dan yang pasti tidak boleh tertinggal adalah hal yang besar itu muncul dari lelucon-lelucon lepas yang tanpa kita sadari akan menimbulkan ide-ide kreatif dalam mencapi tujuan bersama.

Satu paragraph diatas mugkin saja benar bahwa itu adalah pesan dari orang yang paling tua yang ada diantara kalian, silahkan belajar dari kesalahan  saya, orang yang tersisihkan, orang yang terlalu larut dengan medan perasaan persahabatan. Saya selalu yakin bahawa kehilangan seorang sahabat itu melebihi dari kehilangan apapun, karena dia tidak akan pernah bisa untuk dinilai dengan sebuah materi. Keterbukaan untuk saling percaya adalah kunci untuk menjaga semua. Baiklah, sebelum saya di-interupsi, saya akan akiri tulisan ini, terimakasih telah menjadi tempat dengan segala kegundahan yang ada pada diri saya…. :)

Salmi Destiawan.

Kamis, 24 November 2011

Sadar

Aku terjaga dari tidur, dari sebuah mimpi yang terasa sangat begitu aneh, dan lagi-lagi tersentak dengan pikiran yang akhir-akhir ini begitu sering mengganggu menjelang lelap. Perlahan kuhisap beberapa batangan rokok, tentu saja sambil berfikir kenapa dialam pikirang yang ada hanyalah sebuah pertanyaan yang sebenarnya telah ada jawaban, tapi pertanyaan ini selalu adadidalam pikiran ini.

Akkkkhhhh........!!
Ini bukan tentang wanita, tapi menurutku adalah lebih dari seorang wanita.
Diawali dari sebuah mimpi, bercerita tentang ideologi, bermain didalam tataran organisasi, tapi kita melupakan teantang sebuah makna persahabatan yang "real" apa arti sebuah persahabatan. Kita terlalu banyak bermimpi, tanpa menyadari bahwa harapan berbanding lurus dengan kekecewaan. Persetan dengan mu kawan, ini hanya cerita lama, cerita yang sangat kuyakini ketika waktu ini terus berjalan perlahan semua akan hilang. Dirimu terlalu jauh bermimpi, tapi sebenarnya apa yang menjadi landasanmu berfikir sangat pantas dengan latar belakang yang ada pada dirimu. Ini yang membedakan kita. Aku tidak ingin terlalu jauh untuk bermimpi, karena aku sadar dengan apa yang ada pada diri ini. Yang sangat kusesali sampai hari ini adalah, kenapa aku larut dengan mimpi yang sebenarnya itu adalah mimpimu, larut dengan kajian teoritis dan retorika yang kau sampaikan padahal sekian lama aku pun sudah melihat secara langsung sejauh apa pencapaian dirimu.

Sampai hari ini hanya satu yang mungkin saja belum sempat tersampaikan secara langsung. Adalah maaf dan terimakasih untuk semua yang pernah kau berikan